Pegunungan Karst Bantimurung, Sulawesi Selatan
Taman Nasional Bantimurung mempunyai pemandangan alam yang paling indah. Karena di taman nasional ini, terdapat sumber air yang tidak pernah kering. Sehingga berbagai jenis tanaman dapat bertahan di saat musim kemarau yang panjang.
Asal muasal nama Bantimurung sendiri cukup beragam. Namun yang
terpopuler adalah bahwa nama Bantimurung ini diberi oleh Karaeng
Simbang, kepala kerajaan Simbang yang terpana pada kucuran air yang
sangat deras dan bergemuruh yang ditemukannya di tengah hutan. “Benti”
dalam bahasa bugis halus berarti air, dan “merrung” berarti bergemuruh.
Pada akhirnya, Benti Merrung berubah bunyi menjadi Bantimurung.
Karst adalah kumpulan bebatuan kapur yang membentuk formasi
pegunungan. Kawasan karst Bantimurung adalah yang terluas kedua di
dunia. Salah satu keunggulannya adalah formasi karstnya yang menjulang
ke atas (tower karst). Ada yang berdiri sendiri maupun berjejer
membentuk kelompok pegunungan yang diantarai oleh permukaan datar. Tidak
seperti kebanyakan kawasan karst lain yang berbentuk kerucut. Saya
sendiri pernah mengikuti pelatihan “tactical vertical rescue” di salah
satu tebing karst Bantimurung bersama tim SAR dan Basarnas dari Jakarta
selama beberapa hari. Dan kami semua sepakat bahwa kualitas karst di
Bantimurung adalah salah satu yang terbaik di Indonesia.
Setidaknya terdapat 268 gua yang terbentuk di kawasan ini. Gua Leang
Leaputte menjadi yang terdalam dengan kedalaman 260 meter dan yang
terpanjang adalah Gua Salukan Kallang dengan perkiraan panjang
keseluruhan 27 kilometer. Gua-gua ini mungkin masih kurang familiar bagi
wisatawan, namun bagi para cave diver, ini sudah menjadi destinasi yang populer. Sudah banyak ekspedisi cave diving dilakukan di gua-gua Bantimurung.
Di antara gua rekreasional yang paling sering dikunjungi wisatawan
adalah Gua Batu dan Gua Mimpi. Gua-gua ini sangat kaya dengan stalakmit, stalaktit, helektit, flowstone, pilar dan sodastraw
yang sangat memukau. Di Gua Batu inilah konon dikuburkan raja
Bantimurung. Untuk bisa menelusuri ke gua-gua ini, anda cukup merogoh
kocek Rp 5000 sampai Rp 10.000 untuk biaya menyewa 1 buah senter besar.
Bantuan pemandu lokal juga akan anda butuhkan sebagai penunjuk jalan
sekaligus narator selama anda menelusuri gua. Para pemandu ini biasanya
akan meminta biaya Rp 25.000 hingga Rp 50.000 untuk menjadi penunjuk
jalan anda.
Potensi
wisata Bantimurung yang paling terkenal adalah air terjunnya. Dari
sungai Pattunuang yang mengalir di antara tebing karst, terbentuk air
terjun yang indah setinggi sekitar 20 meter dan lebar 15 meter. Air
terjun ini mulai dipopulerkan oleh Alfred Russel Wallace, seorang
naturalis dan kolektor yang menjadikan Bantimurung objek wisata terbaik
di Sulawesi Selatan dengan membuatnya sebagai daerah konservasi sejak
tahun 1919. Dinginnya air di Bantimurung juga menjadi salah satu daya
tarik. Bila anda mencari wisata air terjun yang mudah dijangkau dari
kota Makassar, maka Bantimurung adalah pilihan terbaik.
Kawasan Bantimurung juga merupakan habitat dari ribuan kupu-kupu.
Setidaknya terdapat lebih dari 100 spesies kupu-kupu yang di antaranya
merupakan spesies langka seperti: Troides hypolitus Cramer, Troides haliphron Boisduval, Troides helena Linne, Cethosia myrana dan Papilio peranthus adamantius. Tidak salah jika Bantimurung dijuluki Kingdom of Butterflies.
Demi menjaga kelestariannya, pengelola Taman Nasional Bantimurung juga
mengelola penangkaran kupu-kupu sejak tahun 2005 di areal seluas 2
hektar.
Berbagai usaha bisa kita lakukan sebagai bukti kecintaan kita pada
alam pada umumnya, dan Taman Nasional Bantimurung khususnya. Komunitas
lokal juga banyak yang turut aktif dengan memberikan publikasi dan
edukasi secara online. Ini merupakan salah satu cara yang paling jitu
untuk menjadikan Bantimurung objek wisata terbaik di Sulawesi Selatan
melalui promosi.
Keanekaragaman biota dan hayati serta indahnya pesona alam di
Bantimurung adalah aset yang perlu untuk tetap dijaga. Partisipasi dan
keterlibatan semua pihak adalah faktor utama demi menjadikan Bantimurung
tetap lestari. Tidak hanya pengelola, para pengunjung dan pelaku
kegiatan pecinta alam juga harus memperhatikan etika di area wisata.
Hal-hal sederhana seperti menjaga kebersihan akan memberi dampak yang
sangat besar bagi kelestarian alam.
Akses
Taman Nasional Bantimurung berada sekitar 20 kilometer dari Bandara
Hasanuddin atau 50 kilometer dari Kota Makassar ke arah
utara. Perjalanan dengan mobil pribadi dari pusat kota Makassar akan
memakan waktu kurang lebih 1 jam. Pilihan terbaik adalah melalui jalan
tol Reformasi ke arah gerbang tol Biringkanaya, Mandai lalu lanjutkan
perjalanan menuju kota Maros. Dari kota Maros, anda sudah bisa tiba di
Taman Nasional Bantimurung dalam 10 menit.
Transportasi umum juga banyak tersedia. Pilihan paling populer adalah
mobil angkutan umum atau yang biasa disebut pete-pete oleh masyarakat
lokal. Yang harus anda ingat adalah kota Maros sebagai patokan tujuan
perjalanan. Dari kota Maros, anda sudah bisa mencapai Bantimurung dalam
15 menit menggunakan pete-pete jurusan Bantimurung.
Bila anda berangkat bersama rombongan, maka pilihan terbaik adalah
menggunakan mobil yang disewa harian. Anda juga bisa menggunakan taksi
langsung dari Makassar dengan menyiapkan biaya sekitar Rp 140.000.